
Infopusat.net – Bagi para pemimpin Hamas dan Israel, mengakhiri perang di Gaza telah menjadi permainan mematikan untuk bertahan hidup.
Jangka waktu berakhirnya perang dapat sangat menentukan masa depan politik dan cengkeraman kekuasaan mereka. Bagi pemimpin Hamas Yahya Sinwar, bahkan hal itu bisa menjamin kelangsungan hidupnya secara fisik.
Hal inilah yang menyebabkan negosiasi sebelumnya gagal. Itu juga sebabnya pertanyaan tentang bagaimana mengakhiri pertempuran secara permanen ditunda ke tahap terakhir dari rencana yang digariskan oleh Presiden AS Joe Biden pada Jumat (31/5/2024).
Namun di sinilah keberhasilan atau kegagalan kesepakatan terbaru ini kemungkinan besar akan bergantung.Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, memiliki alasan domestik yang kuat untuk ingin mengambil kesepakatan ini selangkah demi selangkah.
Fase pertama, seperti yang digariskan oleh Biden, adalah pembebasan puluhan sandera, baik hidup maupun mati. Hal ini akan disambut baik di negara di mana kegagalan untuk membebaskan semua orang yang ditahan oleh Hamas, bagi banyak orang, merupakan noda moral yang mencolok dalam pengelolaan perangnya.
Namun Hamas kemungkinan besar tidak akan menyerahkan sandera yang paling sensitif secara politik, yakni perempuan, terluka, lanjut usia tanpa jaminan bahwa Israel tidak akan memulai kembali perang begitu mereka tiba di rumah.Bocoran informasi yang dikutip oleh media Israel pada Senin (3/6/2024) pagi menunjukkan bahwa Netanyahu telah mengatakan kepada rekan-rekannya di parlemen bahwa Israel akan tetap membuka pilihannya.